Monday, July 25, 2022

Mengenal Buya Hamka: Ulama, Sastrawan, dan Tokoh Terkemuka Indonesia

Foto Buya Hamka

Milenial Kere n −  Kediaman ulama dan sastrawan terkemuka, Buya Hamka, yang terletak di Jalan Radeh Patah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, menjadi pusat perhatian pada hari Jumat, 24 Juli 1981 (14 Ramadhan 1402 H) dimana ribuan pelayat bersamaan datang dengan kabar duka yang  menjalar begitu cepat, mulai dari mulut ke mulut hingga melalui siaran radio swasta.

Ulama berkarisma ini telah berpulang menemui Rabb-nya setelah menjalani perawatan selama tujuh hari di Rumah Sakit Pusat Pertamina menyebabkan beberapa penyakit yang dideritanya. Pada saat jenazah Buya Hamka tiba di rumah duka, telah banyak warga yang berkumpul menunggu kedatangan jenazah beliau dan juga untuk memberikan penghormatan terakhir mereka kepada sosok ulama yang telah banyak berjasa bagi masyarakat Indonesia.

Jenazah Buya Hamka kemudian diusung ke Masjid Agung Al Azhar untuk disholatkan. Pada saat itu jamaah shalat Jumat telah berkumpul untuk melakukan shalat Jumat. Masyarakat saling berebut tempat untuk menyhalati jenazah Buya Hamka. Setelah shalat selesai, pemakaman Buya Hamka segera dibawa ke pemakaman Tanah Kusir. Sepanjang perjalanan dari Masjid Al-Azhar ke pemakaman Tanah Kusir, jalan dipadati oleh warga masyarakat yang ingin menyaksikan upacara pemakaman, bahkan di pemakaman Tanah Kusir, telah berkumpul banyak orang menunggu datangnya pemakaman Buya Hamka.

Ulama dan sastrawan Buya Hamka atau Haji Adul Malik Karim Amrullah lahir pada tanggal 17 Februari 1908 di Nagari Sungai Batang Kampung Molek, bertahan di pinggir Danau Maninjau, Sumatera Barat. Ibunya Safiah adalah seorang perempuan kampung biasa. Sang ayah Haji Rasul atau Doktor Syeikh Haji Abdulkarim Amrullah juga bukan orang berada, tetapi ia dikenal sebagai ulama cerdas dan terpandang, dan tokoh pembaharu Islam di Minangkabau. Pada usia 16 tahun, Buya Hamka mulai merantau ke Pulau Jawa untuk menimba ilmu. Awalnya ia tinggal di Yogyakarta bersama pamannya, Amrullah Ja'far, yang kemudian mengenalkannya pada Muhammadiyah dan Sarekat Islam. Ia menimba ilmu dari beberapa guru seperti Bagoes Hadikoesoemo, Tjokroaminoto, Abdul Rozak Fachruddin, dan Suryopranoto. Semasa hidupnya, Buya Hamka dikenal sebagai ulama Muhammadiyah, tokoh Masyumi dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Selain menjadi ulama ia juga merupakan sastrawan yang terpandang. Buya Hamka menghasilkan beberapa karya yang monumental seperti roman Di Bawah Lindungan Kabah (1938) dan Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1939).

Pada masa Pemerintahan Presiden Soekarno, Hamka yang aktif di Partai Masyumi pernah dipenjara. Dalam buku Buya Hamka, Sebuah Novel Biografi, Haidar Musyafa (2018) terbitan Imania, Buya Hamka berisi melakukan tindakan subversif, yakni merencanakan pembunuhan Presiden Soekarno. Tanpa bukti yang kuat, Hamka dipenjara selama dua tahun empat bulan. Selain itu, buku-buku karangan Hamka juga dilarang beredar. Buya Hamka bercerita, saat berada di penjara ia sangat menderita karena memikirkan istri dan anak-anaknya yang harus menaggung penderitaan, memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Selama ditahannya buku-buku karangan Hamka dilarang, ia juga tidak bisa memenuhi undangan untuk berdakwah, sehingga pemasukan uang untuk keluarga pun terhenti. 

 Setelah era Soekarno berakhir dan digantikan oleh Soeharto, Hamka pun akhirnya bisa menghirup udara bebas. Meski pun telah dipenjarakan oleh Soekarno, namun ia tidak pernah menyimpan sedikit pun rasa dendamnya kepada Bapak Proklamator Indonesia itu. Apalagi ketika Soekarno wafat pada tahun 1970, Buya Hamka menjadi imam shalat jenazah. Sebelum meninggal, Soekarno berwasiat, apabila meninggal ia ingin Hamka yang menjadi imam shalat jenazahnya. “Jika saya wafat kelak, mohon kesediaan Buya Hamka mengimami shalat jenazahku,” pesan Soekarno. Di dekat peti mati Sukarno, Hamka pun meneteskan air mata dan berdoa, ini menunjukkan bahwa dirinya tidak memiliki dendam dan telah memaafkan Sukarno. Dalam doanya ia memohon kepada Allah Ta, 


 

 


Friday, July 22, 2022

Bahaya Rokok, Dulu Sasar Generasi Milenial kini Sasar Generasi Z

Secepatnya Rokok

Milenial Keren − Indonesia, sebuah negara yang memikat dengan keindahan alam dan budayanya, namun juga menyimpan tantangan serius dalam tingginya prevalensi perokok remaja. Tersebut tertinggi ketiga di dunia setelah Cina dan India, menurut WHO tahun 2008. Data GATS 2011 mengungkapkan bahwa 34,8% penduduk dewasa India terlibat dalam kebiasaan merokok. Angka ini terdiri dari 67,4% pria dan 4,5% wanita.

Sementara itu, dalam kategori remaja usia 15-19 tahun, angkanya mencapai 38,4% untuk pria dan 0,9% untuk wanita, seperti yang dilaporkan dalam RISKESDAS 2010. Data dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2009 bahkan mencatat bahwa 20, 3% dari anak-anak sekolah berusia 13-15 tahun telah terjerumus dalam kebiasaan merokok. Bahkan perokok pemula berusia 10-14 tahun meningkat dua kali lipat dalam dekade terakhir, dari 9,5% pada tahun 2001 menjadi 17,5% pada tahun 2010.

Tentu saja, kita perlu mengeksplorasi faktor-faktor yang mendorong remaja untuk merokok. Alasan pertama kali mencoba merokok cenderung karena rasa ingin tahu, diikuti oleh pengaruh iklan televisi, keinginan untuk tampil macho, dan bahkan tekanan dari teman-teman. Penting untuk diingat bahwa lingkungan keluarga juga memainkan peran kunci dalam memberikan contoh positif, dengan data GYTS 2009 menunjukkan bahwa 72,4% remaja usia 13-15 tahun memiliki orang tua yang merokok.

Pentingnya memahami bahaya merokok bagi remaja sangatlah penting. Rokok mengandung sekitar 4.000 senyawa kimia beracun, termasuk 43 yang bersifat karsinogenik. Nikotin, zat yang membuat Kecanduan, bersama dengan Tar yang karsinogenik dan karbon monoksida (CO) yang mengurangi kadar oksigen dalam darah, semuanya ada dalam sebatang rokok.

Kecanduan rokok terjadi karena nikotin merangsang otak untuk melepaskan zat yang memberi rasa nyaman, yang dikenal sebagai Dopamin, menciptakan perasaan ketergantungan. Merokok tidak hanya merugikan kesehatan perokok itu sendiri, tetapi juga berdampak negatif pada kesehatan mereka yang berada di sekitarnya.

Sebagai langkah-langkah pencegahan, remaja perlu menjauhi teman-teman yang merokok, menyadari bahwa pergaulan tidak harus melibatkan rokok, dan meningkatkan pengetahuan tentang bahaya merokok. Orang tua dan guru perlu memberikan teladan positif dan pemerintah harus terus melakukan promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yang mencakup perilaku tidak merokok, serta menerapkan peraturan yang melindungi generasi muda dari dampak buruk merokok.

Industri rokok sendiri tidak terlepas dari sorotan, dengan upaya aktifnya menyasar remaja sebagai pasar potensial. Mereka mengakui bahwa remaja adalah calon pelanggan tetap, dan iklan, promosi, dan sponsor rokok yang menggiatkan menyasar anak-anak dan remaja untuk menjadi perokok pemula. Statistik mencatat bahwa sekitar 83% anak usia 13-15 tahun melihat iklan rokok di televisi.

Upaya pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah meliputi regulasi melalui UU Kesehatan No.36 Tahun 2009, serta peraturan lain yang mengatur bahan-bahan yang mengandung zat aditif seperti tembakau. Selain itu, Pemerintah juga aktif dalam kampanye anti-merokok untuk meningkatkan kesadaran akan bahayanya.

Milenial Keren  Melihat statistik yang mencemaskan ini, langkah-langkah tegas dan edukasi adalah kunci untuk melindungi generasi muda Indonesia dari ancaman secepatnya. Kita semua memiliki peran dalam membangun masa depan yang lebih sehat dan bebas dari kecanduan rokok untuk mereka.

 

 

 


Membangun Generasi Muda Indonesia yang Cinta Tanah Air


Milenial Keren − Keberhasilan sebuah bangsa tak dapat dilepaskan dari kontribusi generasi mudanya dalam mengelola dan membangun negaranya. Generasi muda yang berhasil menjadi salah satu penentu kejayaan sebuah bangsa. Sayangnya, saat ini kita dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa banyak generasi muda Indonesia kurang memiliki pemahaman tentang sejarah, budaya, dan politik bangsanya.

Ketidaktahuan ini menjadi masalah serius karena generasi muda adalah penerus masa depan negara ini. Mereka yang akan menggantikan generasi tua dalam memimpin dan membentuk arah bangsa. Saat ini, tren dan budaya dari luar negeri cenderung mendominasi gaya hidup mereka, bahkan ada yang lebih bangga dengan budaya asing daripada budaya bangsanya sendiri.

Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto, pernah mengungkapkannya terkait kurangnya pengetahuan dan wawasan kebangsaan generasi muda. Ini menjadi salah satu faktor yang dapat mengancam eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kelemahan dalam pengetahuan dan wawasan kebangsaan semakin melemahkan. Banyak generasi muda yang tak paham sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan dan mengusir penjajah. Mereka lebih banyak terobsesi dengan idola dari luar negeri, seperti artis, pemain bola, dan selebritas lainnya.

Saatnya kita membangun generasi muda Indonesia yang mencintai tanah air, budaya, sejarah, dan bangsanya sendiri. Mereka perlu diberi pemahaman yang kuat tentang identitas kebangsaan agar memiliki pandangan hidup yang benar dan semangat berbangsa yang tepat. Dengan demikian, mereka dapat menjadi pelanjut cita-cita bangsa Indonesia untuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.

Banyak di antara generasi muda yang merasa apatis terhadap politik dan pemerintahan. Mereka merasa bahwa pemimpin negara tidak berpengaruh pada kehidupan mereka. Apalagi ada yang tidak tahu siapa bapak-bapak pendiri bangsa Indonesia atau apa cita-cita bangsa ini. Momen ketika seorang pemuda gagal menjawab pertanyaan tentang Pancasila dalam sebuah acara TV menjadi gambaran nyata akan masalah ini.

Melihat kondisi yang diinduksi ini, pemerintah, guru-guru, sejarawan, dan tokoh masyarakat harus bersatu untuk membimbing generasi muda Indonesia. Mereka perlu diberi pemahaman tentang keadaan sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan budaya saat ini. Hanya dengan memberikan pengetahuan dan wawasan kebencian yang kuat kepada mereka, kita dapat memastikan bahwa mereka akan menjadi pemimpin yang berkomitmen membangun Indonesia sesuai dengan cita-cita bangsa ini.

Jika bukan kita yang peduli, maka siapa lagi yang akan membimbing mereka? Mari kita sampaikan kepada generasi muda bahwa Indonesia adalah bangsa besar dengan potensi besar, baik dari segi alam, budaya, maupun jiwa rakyatnya. Kita harus bersama-sama membantu mereka menggali potensi ini dan menjadikannya alat untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi Indonesia. Generasi muda adalah harapan kita, dan mereka membutuhkan bimbingan kita untuk menjadi generasi yang cinta tanah air dan berkomitmen pada kemajuan bangsa ini.

Milenial Keren Generasi muda Indonesia memiliki peran kunci dalam membangun masa depan bangsa. Namun, kekurangan pengetahuan dan wawasan kebangsaan yang mereka miliki saat ini merupakan tantangan serius yang perlu kita hadapi bersama. Membangun generasi muda yang mencintai tanah air, budaya, sejarah, dan nilai-nilai bangsanya adalah tugas kita semua.

Pemerintah, pendidik, dan masyarakat harus bekerja sama untuk memberikan pendidikan yang kuat tentang identitas kebangsaan kepada generasi muda. Dengan demikian, mereka dapat menjadi pemimpin yang memiliki pemahaman yang dalam tentang nilai-nilai persahabatan dan tekad untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia.

Kita tidak boleh mengabaikan peran penting generasi muda dalam membangun masa depan bangsa. Kita harus bersatu untuk membimbing mereka menjadi generasi yang mencintai dan berkomitmen pada kemajuan Indonesia. Jika bukan kita yang peduli, lalu siapa lagi yang akan mempersiapkan mereka untuk tugas berat ini? Generasi muda adalah harapan kita, dan di tangan mereka, masa depan Indonesia akan terukir

 


Newest post

Edukasi Gagal, Pekerjaan Tidak Ada: Apakah Indonesia Siap Menghadapi Revolusi Industri 4.0?

Foto Bundaran Hotel Indonesia, DKI Jakarta Milenialkeren Idonesia, negara dengan salah satu populasi pemuda terbesar di Asia Tenggara, tenga...